|
Pembukaan Evkin oleh TL KMW Sumsel |
P2KKP Sumsel - Evaluasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Evaluation,
bermakna adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh
mana suatu kegiatan/program telah dicapai, bagaimana perbedaan
pencapaian itu dengan standar yang telah ditentukan progam, sehingga
diharapkan evaluasi yang dilakukan secara sistematis ini dapat
memberikan gambaran utuh dan nyata tentang capaian program dan menjadi
pijakkan awal kembali untuk menyusun strategi program selanjutnya.
Dimulai tanggal 24 Maret 2016, Evaluasi kinerja (Evkin) bagi seluruh Fasilitator P2KKP Sumsel dilakukan secara bergilir bertempat di kantor Korkot/Askot CD Mandiri masing-masing Kota/Kabupaten. Kegiatan Evaluasi Kinerja ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Tetapi dalam pelaksanaannya di Evkin Triwulan 1 tahun 2016, kali ini dilakukan dengan metode Foccus Group Discussion (FGD) dimasing-masing Bidang (Senior Fasilitator, Sosial, Infrastruktur, Ekonomi).
|
Evkin Faskel Sosial Korkot 1 Palembang Session 1 |
Evaluasi kinerja yang dilakukan secara FGD ini selain mendiskusikan capaian progres fasilitator masing-masing bidang, tetapi juga dijadikan sebagai ajang "pengakuan dosa" tentang pendampingan individu fasilitator ke masyarakat yang dilakukan , baik di tingkat Kelurahan, Kota dan Provinsi. "Selama ini pelaksanaan evaluasi kinerja dianggap menjadi hak prerogatif di tingkat Kota dan Provinsi, tetapi kali ini kita ingin semua duduk bersama untuk dapat melihat bagaimana wajah pendampingan P2KKP Sumsel. Bila wajahnya baik, maka bagaimana strategi agar yang baik tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Tetapi bila ternyata wajah pendampingan kita masih belum baik, maka tak perlulah kita saling menyalahkan dan mencari kambing hitam karena hal tersebut, tapi carilah strategi bersama agar bisa menjadi lebih baik diwaktu mendatang", jelas Dodi Feriindra (Team Leader KMW Sumsel) memberikan kata sambutan di pembukaan Kegiatan Evkin.
|
Evkin Faskel Sosial Korkot 2 Prabumulih |
Pelaksanaan Evkin yang partisipatif disambut baik semua fasilitator, khususnya di Bidang Sosial. FGD berlangsung cukup menarik, Penilaian kinerja masing-masing fasilitator sosial diungkapkan secara terbuka dengan harapan semua bisa melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri apakah sesuai atau pantas dengan penilaian yang diberikan. Masing-masing Fasilitator Sosial tak ada yang ragu mengemukakan pendapatnya pada diskusi mengenai issue bahwa Fasilitator Sosial sering dianggap tak mempunyai andil besar dalam tim. "Kami tidak bisa terima pendapat tersebut, karena fasilitator sosial sangat berperan dalam setiap bidang. Tetapi kami cukup menyadari, karena tugas fasilitator sosial yang tidak bersifat teknis layaknya fasilitator Teknik dan Ekonomi, maka kinerjanya sulit dilakukan penilaian", ujar Lolan Angga Candra (Fasilitator Sosial TF-15 Korkot 2 Kota Prabumulih).
|
Evkin Tim Faskel Korkot 3 Muara Enim |
Peran Fasilitator Sosial dalam melakukan Sosialisasi dan Pengembangan Kapasitas Masyarakat pun menjadi bahasan diskusi yang menarik, salah satunya tentang begitu dinamisnya pergantian nama program. "Walau kami yakin ini tantangan bagi fasilitator sosial, tetapi pergantian nama program yang berkali-kali membuat kami khawatir masyarakat akan menjadi bingung dengan program ini. Karena efek pergantian nama juga berimbas langsung terhadap administrasi Keorganisasian LKM, seperti stempel LKM, kop surat, papan nama, dan lain sebagainya", ujar Siti Fadillah (Fasilitator Sosial TF-07 Korkot 1 Kota Palembang).
|
Evkin Faskel Sosial Korkot 3 Pagaralam |
Berbeda Evkin di Fasilitator Sosial Korkot 4 Kota Lubuklinggau, Media Warga dan Best Practice menjadi bahasan hangat FGD. Mulai dari evaluasi substansi media warga yang seharusnya merupakan media dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat tetapi dalam prakteknya terkadang disusupi oleh aturan-aturan tak baku yang menjadikan media warga itu sendiri belum merupakan media sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sampai dengan bedah substansi best practice yang sering menjadi "momok" bagi fasilitator yang memiliki wilayah dampingan belum "Best". "Pemahaman kami terhadap best practice ternyata masih terkurung akan makna best practice itu sendiri, karena arti katanya praktik baik, maka kami berpikir best practice hanya ada di kelurahan/desa yang terbaik saja padahal setelah direview kembali dari fungsi best practice itu sendiri yaitu "Good Idea" yang memuat aktivitas pendampingan inovatif yang keluar dari aturan baku (out of the box) tapi tak menyalahi aturan baku dan bisa digunakan sebagai referensi pembelajaran bagi yang lain", ujar Firhes Guslica (Fasilitator Sosial TF-22 Korkot 4 Kota Lubuklinggau).
|
Evkin Faskel Sosial Korkot 4 Lubuklinggau |
Di Evkin Fasilitator Sosial Korkot 3 Kota Pagaralam, Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM) pun menjadi bahan yang renyah untuk didiskusikan. Keberadaan kotak pengaduan masyarakat yang belum termanfaat dengan baik pun didiskusikan. "Masyarakat sekarang sudah enggan menulis pengaduan dan memasukkannya ke kotak pengaduan, sekarang jamannya teknologi canggih, karena itu kenapa tidak kita pun berpikir out of the box dengan menggunakan teknologi sebagai media PPM, seperti sms, email, atau membuat akun Facebook, BBM, WA, dll sebagai media penyampaian pengaduan. Masyarakat di-upgrade, kenapa kita tidak meng-upgrade juga pendampingan", ujar Rahmad Febrianto (Fasilitator Sosial TF-17 Korkot 3 Pagaralam) bersemangat.
Evkin di masing-masing kota/kabupaten memberi angin segar pendampingan program khususnya bagi Fasilitator Sosial. Keakraban selaku tim kental terlihat. Kesadaran untuk meng-upgrade diri, berpikir out of the box, Inovatif dan tak segan berbagi dalam melakukan pendampingan masyarakat di program memberi aura positif menyambut program selanjutnya, yaitu Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).
Dokumentasi Lainnya:
|
Evkin Faskel sosial Korkot 5 OKI |
|
Evkin Faskel Sosial Korkot 5 OKU |
|
Evkin Faskel Sosial Korkot 1 Palembang Session 2 |
|
Evkin Faskel Sosial Korkot 1 Palembang Session 3 |