Tak
perlu berpikir terlalu jauh dalam
membuat usaha. Dengan mampu membaca potensi untuk mengatasi permasalahan, Dewi Hosyati dan Susianah Mampu meningkatkan taraf hidupnya.
Baturaja (OKU) - Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan
Pemerintah Daerah dalam menanggulangi kemiskinan dengan menerapkan pendekatan
pengokohan kelembagaan masyarakat berbasis Tridaya.
Setiap
Daerah memiliki berbeda-beda budaya, karakter sosial, ekonomi, politik,
geografis dan demografi. Pengalaman dalam penanggulangan kemiskinan di suatu
daerah belum tentu dapat berjalan di daerah yang berbeda. Sehingga diperlukan suatu
kajian dan proses dalam membaca karakteristik permsalahan kemiskinan tanpa
meninggalkan modal social yang telah ada.
Demikian
juga di Kelurahan Sepancar Lawang Kulon Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan
Komering Ulu. Kelurahan yang berada di ujung Timur Kota Baturaja ini berusaha
untuk keluar dari kemiskinan tanpa tergerus oleh arus modernisasi dengan tetap
mempertahankan budaya dan kekayaan di Kelurahannya.
Hal
ini dibuktikan oleh KSM Anggrek II LKM Bina Karya Mukti Kelurahan Sepancar
Lawang Kulon. KSM yang beranggota 5 (lima) orang dengan di ketuai oleh Martuwinty terdiri dari
4 anggota yaitu: Heni
kristian, Dewi Hosyati, Susianah dan Sumarsih. Berbagai macam usaha yang
dikelola seperti oleh KSM ini, yaitu: Usaha bangsal bata, pembibitan karet, rias pengantin,
kolam pemancingan.
Susianah
dan Dewi Hosyati selaku anggota KSM Anggrek II mampu membaca potensi, bahwa
sebagian besar wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan wilayah
perkebunan karet, karena itu peluang ini diambil olehnya dengan berusaha
melakukan pengelolaan Pembibitan Karet.
Pembibitan
karet merupakan usaha yang menjadi mata pencaharian masyarakat kelurahan
Sepancar Lawang Kulon. Letak geografis yang mendukung untuk mengelola usaha ini
juga menjadi alasan mengapa banyak warga yang melakukan pembibitan karet.
Seperti halnya usaha pembibitan karet yang kami
lakukan ini sudah berjalan lebih kurang selama 5
tahun dengan putaran usaha bulanan dan sistem penjualannya pesanan”, ujar Dewi Hosyati menjelaskan
dengan diiringi anggukan kecil oleh Susianah.
Setiap
bulan, Dewi Hosyati dan Susianah menerima hasil penjualan 5 (lima) jutaan,
dimana dari 5 juta tersebut keuntungan bersihnya mencapai 1-2 juta rupiah
perbulan, selebihnya untuk digunakan untuk perputaran modal usaha.
Dengan adanya
bantuan dana PPMK usaha
pengeloaan pembibitan karetnya pun semakin berkembang, yang awalnya hasil penjualan hanya
sekitar 5 juta perbulan, sekarang penghasilan Ibu Susianah dan Ibu Dewi menjadi 7-8 juta rupiah.
“Kami hanya melihat peluang disekitar
kami, karena banyak yang berkebun karet, maka kami menyiapkan bibitnya. Tapi
ternyata hal ini bisa meningkatkan taraf kehidupan”, ujar
Susianah sembari tersenyum lega. (Edited: Amibae)