Siapa
yang tidak kenal dengan “balur” makanan kampung yang sering menjadi lauk
favorit makan nasi di berbagai kalangan dengan tak mengenal usia atau status
kehidupan menjadi potensi terpendam di Kelurahan 5 Ulu Kota Palembang.
Palembang - Menelusuri tepian sungai Musi Kota Palembang, pastinya
menjadi surga bagi beberapa orang yang menyukai wisata kuliner. Selain “Pempek”
sebagai makanan nomor satu Bumi Sriwijaya, makanan khas lainnya seperti “Pindang”
yang menjadi lauk favorit makan nasi pasti membuat lidah bergoyang kala
menyantapnya.
Ada
yang menarik pada lauk sebagai teman makan nasi yang dihidangkan, selain lauk
utama pastinya balur atau yang lebih dikenal dengan sebutan ikan asin menjadi
menu pelengkap dari setiap hidangan. Selain karena rasanya yang gurih, balur menjadi menu pilihan favorit, karena harganya
pas untuk kantong siapa saja, tak mengenal kaya atau miskin.
Bapak Mansyur dan Ibu Siti Aminah |
Melihat
peluang tersebut, Ibu Siti Aminah bersama suaminya Bapak Mansyur yang beralamat
di Rt.05 No.178 lorong Kramat Kelurahan 5 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Palembang mulai mempelopori usaha pembuatan balur, baik dari pengelolaan hingga
penjualan. “Awalnya usaha kami ini dimulai dengan modal dan peralatan yang
sangat sederhana dan hanya menggunakan tenaga kerja ibu, bapak dan anak-anak”,
ujar Ibu Siti dan disambut anggukkan dari Bapak Mansyur.
Seiring
waktu, usaha ini pun mulai berkembang, berlokasi tepat dipinggiran aliran
sungai musi menjadi keuntungan mudahnya distribusi ikan-ikan segar (bahan baku)
yang akan diolah menjadi balur (ikan asin). Usaha rumahan ini pun mulai
memberdayakan tenaga kerja disekitar, “Banyak proses yang dilakukan dalam pembuatan balur ini, namun dalam prosesnya tidaklah rumit dan membutuhkan keahlian khusus, tak
memandang usia atau jenis kelamin, semua boleh terlibat asal mau bekerja”, ujar Bapak Mansyur yang juga
merupakan anggota LKM Sembilan Rangkai menjelaskan tentang tenaga kerja nya
yang telah berjumlah 10 orang.
Proses Pengelolaan Balur |
Melihat
kesuksesan Usaha Ibu Siti Aminah dan Bapak Mansyur, beberapa warga disekitar
pun mengikuti langkahnya dalam membuat usaha pengelolaan balur, dengan
membentuk kelompok usaha bersama (kube) RT.05 Lorong Kramat Kelurahan 5 Ulu
berkembang menjadi kawasan pengelolaan balur.
Balur yang di siram garam |
Namun,
tidak semua berjalan mulus, faktor alam sangat berperan penting dalam pengelolaan balur. “Karena apabila
cuaca mendung atau memasuki musim hujan kelangkaan para nelayan untuk
mendapatkan ikan pun sangatlah sulit di tambah lagi pada saat Palembang sedang
di landa kabut asap seperti
beberapa bulan lampau menambah rentetan kendala yang di hadapi
oleh para pengusaha pembuatan
ikan asin mulai dari proses memperoleh ikan laut basah-nya sampai dengan proses
penjemuran”, jelas Ety
Suhaiti salah satu fasilitator ekonomi Tim 09 Kota Palembang.
Proses Penjemuran Balur |
Kendala
lain dari usaha pengelolaan balur ini adalah proses pembayaran yang tidak tunai
dari agen-agen penjual balur, sehingga diperlukan modal berlapis untuk memenuhi
semua pesanan. “para agen umumnya membayar setelah pesanannya terpenuhi, itupun
tidak lunas seluruhnya, karena itu kami kesulitan dalam pemutaran modal”, ujar
ibu Siti Aminah berkata lirih sembari menjelaskan kalau omzet usaha kube-nya
sekarang mecapai lima juta perbulan.
Dengan adanya Penambahan modal pinjaman dana bergulir
dengan program PPMK PNPM Mandiri Perkotaan melalui UPK LKM 9 Rangkai tahun ini, KUBE KSM Balur yang beranggotakan 5 orang mengajukan pinjaman untuk penambahan modalnya. PPMK mampu
memberikan harapan baru dan angin segar bagi para pengusaha ikan asin (balur), ini meskipun
proses yang di jalani cukup panjang tetapi dijalani dengan semangat oleh
kube ksm balur demi kemajuan usaha nya.
Tidak sebatas
pinjaman atau penambahan modal saja yang di inginkan dari kube KSM Balur. Harapan mendapatkan pembinaa usaha dan solusi dari kendala mereka
hadapi sekarang menjadi hal
penting dalam cita-citanya menjadikan Kelurahan 5 Ulu sebagai pusat usaha
pengelolaan Balur di kota Palembang. (Edited: Amibae)